Akhir-akhir ini, etika ilmiah sering diabaikan oleh para insan yang mengaku "akademis". Beberapa karya orang lain dengan mudahnya disalin dan diubah (sedikit) atau hanya di-copy-paste. Lalu, tinggal diberi nama sendiri maka jadilah (seolah-olah) karya pribadi.
Filsuf Plato pernah berpendapat bahwa apapun karya manusia di dunia ini hanya tiruan. Itu memang betul. Bahkan, dalam Teori Mimesis-nya, Plato pun menyatakan bahwa karya seni (bahkan yang dianggap masterpiece) adalah duplikat alam dan seisinya. Saya sependapat karena "kebaruan" hanya milik Tuhan. Tuhan-lah yang menciptakan apa-apa yang ada di jagat raya ini. Manusia hanya bisa mengelaborasi ciptaan-ciptaan Tuhan, lalu ia beri sentuhan "novelty" pada karya-karyanya. Syukur-syukur, manusia itu mampu menemukan idiosinkratik yang konsisten sehingga bisa disebut sebagai kekhasan atas karyanya.
Manusia adalah makhluk yang berpikir. Memang, kita harus menerima adanya tingkat kemampuan berpikir manusia. Ada yang mampu mengasah kepekaan rasanya dengan logika. Ada juga yang mampu mengasah logika kritisnya dengan sentuhan rasa. Atau, mengelaborasikan rasa-karsa lalu mencipta seuatu yang kreatif. Julukan ilmuwan atau seniman bisa kita lekatkan pada diri mereka. Namun, lepas dari itu semua, tentu ada segolongan manusia yang PADA DASARNYA hanya copy-paste. Tidak pernah melihat, hanya pernah melihat satu kali, atau hanya terinspirasi, itu semua hanyalah retorika untuk menutupi kemandulan berpikirnya. Untuk golongan terakhir ini, tidak ada kata lain untuknya selain sebutan PLAGIATOR!
:)
